Total Pageviews

Monday, December 17, 2012

BATTERY

This blog discuss all about battery, an electrochemical conversion technology. This topic provides in Indonesian. I hope my students will enjoy it better.


Baterei merupakan sel elektrokimia yang dapat mengkonversi energi kimia menjadi energi listrik. Pertama kali dibuat oleh Alessandro Volta pada tahun 1800, karena itu sel baterei sering juga disebut sebagai sel Volta. Meskipun suatu penemuan arkeologi, yaitu yang disebut dengan baterei Bagdhad, karena ditemukan di Bagdhad, Irak,  memberikan kemungkinan bahwa baterai pernah dibuat jauh sebelum masa Alessandro Volta. Perbaikan teknis yang dilakukan Daniell pada 1836, yaitu pada sel baterei yang kemudian disebut dengan Sel Daniell, kemudian menyebabkan produksi baterei meningkat sangat pesat karena menjadi sumber energi listrik pada berbagai peralatan rumah tangga.
Terdapat dua tipe sel baterei yang dikenal yaitu baterei primer dan baterei sekunder. Baterei primer merupakan sel baterei yang sekali pakai (disposable battery), sedangkan baterei sekunder merupakan sel baterei yang didesain untuk dapat diisi kembali (rechargeable battery).
Suatu baterei tersusun dari sejumlah sel Volta (bisa lebih dari satu sel Volta). Setiap sel Volta tersusun dari dua setengah sel, yaitu sel katodik dan sel anodik, yang terhubung secara seri oleh suatu elektrolit yang mengandung anion dan kation. Skema satu sel Volta dapat dilihat pada Gambar 1.
Dalam sel Volta terjadi reaksi redoks, reduksi-oksidasi, yaitu kation-kation mengalami reduksi pada katoda, sedangkan anion-anion mengalami oksidasi pada anoda. Kedua elektroda, yaitu katoda dan anoda tidak saling terhubung secara langsung, tetapi terhubung secara elektrik melalui larutan elektrolit. Suatu pemisah (separator) antara setengah sel dipasang untuk mencegah pencampuran elektrolit, tetapi pemisah tersebut masih bisa melewatkan ion-ion antar setengah sel.
Gambar 1. Skema dari suatu sel Volta

Berikut adalah beberapa contoh baterai primer, yaitu:
1. Baterai Seng-Karbon. Baterei ini tersusun atas kutub positif berupa batang karbon (carbon rod) yang dikelilingi oleh  campuran mangan dioksida dan bubuk karbon. Sedangkan kutub negatifnya berupa lembaran logam seng, yang juga berfungsi sebagai wadah atau kontainer. Sedangkan yang digunakan sebagai elektrolit yaitu pasta dari seng klorida dan amonium klorida dalam pelarut air. Baterei Zink-Carbon ini merupakan baterei kering komersial yang pertama. Persamaan (4.1) berikut menguraikan reaksi kimia yang terjadi dalam baterei Seng-Karbon:
Anoda                    : Zn(s) ® Zn2+(aq) + 2e
Katoda                   : 2MnO2(s) + 2e + 2NH4Cl(aq) ® Mn2O3(s) + 2NH3(aq) + H2O(aq) + 2Cl-
                                    Cl- bereaksi dengan Zn2+ membentuk ZnCl2
    Reaksi total            : Zn(s) + 2MnO2(s) + 2NH4Cl(aq) ® Mn2O3(s) + Zn(NH3)2Cl2(aq) + H2O(l)     
2. Baterei Merkuri. Baterei ini disebut juga dengan merkuri oksida atau sel merkuri. Baterei ini menggunakan seng, Zn, yang akan membentuk amalgam dengan merkuri, sebagai anoda. Sedangkan katodanya yaitu baja (stainless steel cylinder). Elektrolit yang dipakai dalam baterei merkuri ini adalah merkuri(II)oksida, alkalin, natrium hidroksida atau kalium hidroksida. Potensial yang dihasilkan satu sel baterei merkuri yaitu 1,35 volt. Baterei ini memiliki umur simpan yang sangat lama yaitu 10 tahun. Reaksi sel yang terjadi dalam baterei merkuri duiraikan dalam persamaan (4.2)    
Katoda (+) : HgO(s) +H­2­O(l) +2e ® Hg(l) + 2 OH-(aq)
Anoda (-)   : Zn(Hg)(s) + 2 OH-(aq) ® ZnO(s) +H2O(l)+ 2e
Total          : Zn(Hg)(s) +HgO(s) ® ZnO(s) + Hg(l)                                (4.2)
Karena komponen utama baterei ini adalah merkuri, maka penjualannya dilarang di beberapa negara. Antara lain di beberapa negara di Eropa, sejak 1991 telah dilarang peredaran baterei merkuri, karena kandungan merkurinya mencapai 25 mg. Sedangkan di negara bagian New Jersey, Amerika Serikat, pelarangan telah diberlakukan sejak 1992. Selanjutnya kemunculan baterei alkalin dan baterei perak oksida telah menjadi alternatif Katoda (+) : HgO(s) +H­2­O(l) +2e ® Hg(l) + 2 OH-(aq)
Anoda (-)   : Zn(Hg)(s) + 2 OH-(aq) ® ZnO(s) +H2O(l)+ 2e
Total          : Zn(Hg)(s) +HgO(s) ® ZnO(s) + Hg(l)                                (4.2)
Karena komponen utama baterei ini adalah merkuri, maka penjualannya dilarang di beberapa negara. Antara lain di beberapa negara di Eropa, sejak 1991 telah dilarang peredaran baterei merkuri, karena kandungan merkurinya mencapai 25 mg. Sedangkan di negara bagian New Jersey, Amerika Serikat, pelarangan telah diberlakukan sejak 1992. Selanjutnya kemunculan baterei alkalin dan baterei perak oksida telah menjadi alternatifKatoda (+) : HgO(s) +H­2­O(l) +2e ® Hg(l) + 2 OH-(aq)
Anoda (-)   : Zn(Hg)(s) + 2 OH-(aq) ® ZnO(s) +H2O(l)+ 2e
Total          : Zn(Hg)(s) +HgO(s) ® ZnO(s) + Hg(l)                                (4.2)
Karena komponen utama baterei ini adalah merkuri, maka penjualannya dilarang di beberapa negara. Antara lain di beberapa negara di Eropa, sejak 1991 telah dilarang peredaran baterei merkuri, karena kandungan merkurinya mencapai 25 mg. Sedangkan di negara bagian New Jersey, Amerika Serikat, pelarangan telah diberlakukan sejak 1992. Selanjutnya kemunculan baterei alkalin dan baterei perak oksida telah menjadi alternatif pengganti baterei merkuri.
3. Baterei Alkalin. Baterei ini merupakan baterei primer yang kinerjanya tergantung pada reaksi antara seng dengan mangan (IV) oksida.            
Anoda             : Zn(s) + 2OH-(aq) ® ZnO(s) + H2O(l) + 2e
Katoda            : 2MnO2(s) + 2H2O(l) + 2e ® 2MnO(OH)(s) + 2OH-
            Total   : Zn(s) + 2 MnO2(aq) + 2H2O(l) ® Zn(OH)2(s) + 2MnO(OH)(s)               
4. Baterai Litium. Terdapat dua tipe baterai litium yaitu baterai litium sekali pakai ( sel primer) dan baterai litium yang dapat diisi ulang (sel sekunder). Baterai litium sekali pakai yang paling umum adalah baterai litium-mangan dioksida. Baterai ini menggunakan batang logam Li sebagai anoda dan MnO2 sebagai katoda. Elektrolit yang digunakan adalah garam litium terlarut dalam propilen karbonat dan dimethoxyetana.                
            Anoda             : Li ®Li+ + e
            Katoda            : MnO2 + Li+ + e ® MnO2(Li+)
            Total               : Li + MnO2 ® MnO2(Li+)                             
Berikut adalah beberapa contoh dari sel Volta sekunder :
1. Baterai ion-litium. Baterai litium jenis ini banyak digunakan dalam perangkat elektronika dan komputer, seperti telepon genggam, laptop dan kamera digital.  Baterai ini tidak menggunakan logam Li tetapi menggunakan ion Li+. Dalam baterai ini terjadi proses perpindahan ion Li+ dari elektroda satu ke elektroda yang lain melalui elektrolit. Ion litium bergerak dari anoda ke katoda saat digunakan, kemudian akan bergerak kembali dari katoda ke anoda saat dilakukan proses charging. Terdapat empat komponen utama yang berperan dalam baterai ion litium yaitu elektroda positif, biasanya kobalt oksida yang terinterkalasi Li+, elektroda negatif biasanya adalah grafit,  elektrolit dan separator.
             Katoda            : Li+(aq) + CoO2(s) + e ® LiCoO2(s)
            Anoda             : Li(s) ® Li+(aq) + e
            Total               : Li(s) + CoO2(s) ® LiCoO2(s)                    
2. Baterai alkalin sekunder (re-chargeable alkaline battery). Komponen dalam baterai ini hampir sama dengan baterai mangan, yaitu Zn sebagai anoda, MnO2 sebagai katoda dan KOH sebagai elektrolit, sehingga reaksinya berlangsung dalam suasana basa.      
                        Katoda            : 2MnO2 + H2O(l) + 2e ® Mn2O3(s) + 2OH-(aq)
                        Anoda             : Zn(s) + 2OH-(aq) ® ZnO(s) + H2O(l) + 2e
                         Total               : 2MnO2(s) + Zn(s) ® Mn2O3(s) + ZnO(s)                    
Sedangkan reaksi saat pengisian baterai adalah sebagai berikut :
            Mn2O(s) + ZnO(s) ® 2MnO2(s) + Zn(s)                                    
3. Baterai timbal-asam (lead acid battery)
            Baterai ini lebih dikenal dengan nama akumulator atau ‘accu’. Sel baterai ini terdiri dari elektroda Pb sebagai anoda dan PbO2 sebagai katoda dan H2SO4 sebagai elektrolit. Pada saat pemakaian, elektroda Pb akan teroksidasi menjadi Pb2+, kemudian bereaksi dengan SO42- dalam elektrolit untuk membentuk PbSO4(s). Elektron-elektron yang dihasilkan dari anoda akan mengalir melalui kawat sirkuit eksternal menuju katoda PbO2, kemudian mereduksi PbO2 menjadi Pb2+ yang kemudian berikatan dengan SO42- menjadi  PbSO4. Secara ringkas reaksi elektrokimia dalam sel baterai lead acid sbb:
                     Anoda        : Pb(s) ® Pb2+ + 2e
                                          Pb2+(aq) + SO42-(aq) ® PbSO4(s)
                    Total anodik: Pb(s) + SO42-(aq) ® PbSO4(s)
                    Katoda       : PbO2(s) + 4H+(aq) + 2e ® Pb2+(aq) + 2 H2O(l)
                                         Pb2+(aq) + SO42-(aq) ® PbSO4(s)
                     Total katodik: PbO2(s) + 4H+(aq)+ SO42-(aq) +2e ® PbSO4(s) + 2H2O(l)
                    Reaksi sel total: Pb(s) + PbO2(s) + 2H2SO4(aq) ® 2PbSO4(s) + 2H2O(l)           
                    Sedangkan reaksi saat pengisian adalah sbb:
                         2PbSO4(s) + 2H2O(l) ® Pb(s) + PbO2(s) + 2H2SO4(aq)       
    Voltase open circuit dari suatu baterei tergantung pada keadaan muatan dari reaktan dan produk yang terlibat dalam  reaksi beterei tersebut. Misalnya dalam baterei Pb-PbSO4 atau akumulator, yaitu baterei yang digunakan dalam kendaraan bermotor, anodanya merupakan logam Pb dan katodanya adalah oksida Pb dengan elektrolit berupa asam sulfat 6 M. Konsentrasi asam sulfat tersebut sangat pekat, sehingga menyebabkan akumulator tersebut sangat berbahaya.                 
Anoda             : Pb + SO42- à PbSO4 + 2e                            Eao = -0,356 V
Katoda            : PbO2 + SO42- + 4H+ + 2e à PbSO4 + 2H2O Eko =  1,685 V
Reaksi sel       : Pb + 2H2SO4 + PbO2 à 2PbSO4 + 2H2O    Eo   = 2,041 V        
Sehingga tegangan open circuit, VO, dari baterei Pb-PbSO4 tersebut dinyatakan sbb:

Bagaimana menghitung tegangan suatu baterei? Misalnya kita mempunyai baterei yang tersusun dari dua logam yang berbeda, maka logam dengan potensial reduksi yang lebih positif akan menjadi katoda. Sebagai contoh apabila baterei tersebut tersusun dari logam seng dan besi, maka besi akan menjadi katoda, karena ion-ion seng memiliki potensial reduksi -0,76 V, sedangkan seng memiliki potensial standar reduksi -0,44 V. Karena seng memiliki potensial reduksi negatif, maka akan bertindak sebagai anoda baterei, berarti logam seng akan teroksidasi dan ion-ion besi akan tereduksi. Sehingga reaksi setengah sel dan reaksi total dari sel baterei tersebut adalah sebagai berikut: 

            Zn(s) à Zn2+(aq) + + 2e                 E= +0,76 V            (reaksi setengah sel oksidasi)
            Fe3+(aq) + 3e à Fe(s)       E= -0,036 V                  ( reaksi setengah sel reduksi)       
            Tegangan atau voltase sel adalah (+0,76 + (-0,036) V = + 0,724 V. 





                                                            

Fuel Cells

You may open thelink below to read our next lecture:

FUEL CELL

Wednesday, December 12, 2012

ELECTRICAL DOUBLE LAYER


a presentation about electrical double layer can be downloaded in this link

For better understanding, you may watch the animation below (Figure 1). This animation describes the mechanism of ions to be in contact and close to the electrode surface.

Figure 1. an animation of ions-electrode surface interaction


Wednesday, November 21, 2012

KINETICS OF ELECTRODE REACTIONS_3

Lets continue to consider the equilibrium condition.........
At equilibrium, the net current density is zero, but the rates of anodic and cathodic reaction are not zero. The magnitude of current density at equilibrium condition is called as the exchange current density, io. The formulation of io is depicted in eqution (16).



                               (16)


if we apply logarithm of equation (16), then we will have equation (17)






                             (17)

arrangement of equation (17) may result equation (18), which is the similar term of Nersnt equation.



                             (18)

the explanation is








The deviation from the equilibrium potential represent as the overpotential as it described in equation (19)


                               (19)

substitution of equation (18) and (19) into equation (15) results equation (20)



         (20)


rearranging of equation (20) gives equation (21)

            (21)


io is the exchange current density. If we formulate the symmetri factor (bheta) into equation (22)







            (22)


therefore the substitution of equation (22) into equation (21) may result equation (23).




            (23)


equation (23) is usually called as the Butler-Volmer equation. It is a standard model to described the current-overpotential relationship for an electrode reaction at a specified temperature.
If overpotential value is high and positive, therefore, the second part of equation (23) can be eliminated due to exponential small value  will provide. Then equation (23) becomes equation (24)


                                    (24)



rearranging of equation (24) may result equation (25) and equation (26)







                                      (25)




                                      (26)


Equation (26) i ussually named as Tafel plot, a linear regression plot with B as slope and A as intercept.
In case of the overpotential is low, therefore after applying mc Laurin series expansion, equation (23) will transforms to equation (27).



                                     (27)


Now, how we can measure the overpotential value? Figure 3 describes the scheme of overpotential measurement.


Figure 3. Scheme of overpotential measurement


The calculation is described in equation (28) and equation (29)




                                                   (28)






                         (29)

Ewr,rev is the working potential in comparison to reference potential (volt) at equilibrium condition, Ew is working potential at equilibrium condition, Er,rev is the reference potential at equilibrium condition. Meanwhile Emeas is the measurement potential, the potential recorded by voltmeter, Ew is the working potential at definited time which is still in unequilibrium condition and thetha is the overpotential.

reference:
Prentice, G., 1997, Electrochemical Engineering Principles, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey 07632.    


 buy my book by clicking on this cover:

read and buy my other papers:  
paper 1
paper 2
paper 3
paper 4
paper 5